,

Menakar Kekuatan Bakal Calon Wali Kota Surabaya 2020

Surabaya, areknews – Pertarungan bakal calon Wali Kota Surabaya 2020 semakin memanas, namun belum tampak jelas siapa yang bakal bertarung nantinya, berbagai tokoh maupun pengamat politik sudah memprediksi bakal ada 3 poros yang akan bertarung, dari kubu PDIP, gabungan partai dan Independen.

Jika tinjau dari sosok bakal calon Walikota (Bacawali) Surabaya yang akan bertarung, kita dapat membedakan menjadi 2 jenis Kekuatan model Ketokohan, yaitu tokoh ‘elite’ (TE) dan tokoh masyarakat (TM).

Yang pertama adalah kekuatan model tokoh ‘elite’ (TE), seperti biasa rata-rata para kandidat adalah dari kalangan elite, pengusaha, mantan petinggi, memimpin suatu institusi, orang kaya/.

Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, tokoh-tokoh masyarakat di kampung-kampung seperti daerah kecamatan Gubeng, Tegalsari, Perak, Simokerto, Tenggilis, Rungkut, Bulak, Karangpilang, Tambaksari, Sawahan, Sambikerep dan Pakal, mendapati kenyataan sama dimasyarakat, dimana tokoh ‘elite’ yang maju Pilwali saat ini rata-rata belum begitu dikenal oleh masyarakat.

Yang kedua kekuatan model tokoh masyarakat (TM), adalah tokoh yang sudah mengalami perjalanan panjang dan berproses, baik itu proses politik maupun bermasyarakat, turun langsung, mengenal langsung masyarakat Kota Surabaya itu siapa dan bagaimana karakter dan apa saja permasalahannya secara konkret, bahkan sudah pernah atau sering melakukan membantu menyelesaikan permasalahan warga secara langsung.

Model tokoh masyarakat ini dapat dibedakan dalam 3 jenis lahirnya, jenis A adalah TM yang berbuat karena tugas sebagai birokrat, kedewanan atau tugas sebagai kader partai.

Yang kedua jenis B adalah TM yang berbuat karena kemampuan secara professional, yang ketiga jenis C adalah tokoh masyarakat yang berbuat karena jiwa pergerakan, aktivis, panggilan, pengabdian tanpa pamrih secara nyata dan konsisten.

Jika kekuatan model TE harus melakukan banyak hal kerja berat untuk dikenal masyarakat waktu dekat, agar diminati, terakhir berharap dipilih, namun tidak dengan kekuatan model TM, karena model ini sesungguhnya yang dikenal langsung oleh masyarakat dan mempunyai jaringan kuat di akar rumput sehingga diinginkan dan diharapkan masyarakat Kota Surabaya untuk memimpin Kota Surabaya ini kedepan.

Namun demikian, bukannya politik jika tanpa solusi strategi taktis, bahwa Bakal Calon Wali Kota Surabaya yang dari kalangan ‘elite’ yang disebut tokoh ‘elite’ tersebut, bila ingin meraih kemenangan, dia harus menggandeng wakil yang mampu mendongkrak suara, menyumbang suara secara signifikan, hal itu dapat diperoleh dengan menggandeng Bacawawali dari model tokoh masyarakat tersebut.

Tentunya yang benar-benar mempunyai kekuatan basis masa jelas dan dapat dihitung estimasi pasti pertambahan suara yang akan diperoleh. Tambahan warna akan tampak ‘indah’ dan cantik dipandang masyarakat sehingga menarik untuk dipilih. Surabaya punya keunikan, jangan gandeng dari unsur pegawai, mantan pekerja formal apalagi sosoknya tidak familiar dimata masyarakat Surabaya. Ist