, ,

Mahasiswa Fakultas Psikologi Untag Sambangi Gedung Dewan, Herlina Sebut Mereka Pelajari Karakter Pemimpin dan Tokoh Politik

Surabaya, areknews – Sebanyak 175 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya mengikuti perkuliahan lapangan tentang psikologi politik di Gedung DPRD Kota Surabaya, Senin (1/12). Di Untag, memang ada mata kuliah psikologi politik untuk mahasiswa semester tiga.

Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya, Herlina Harsono Njoto mengatakan, mata kuliah psikologi politik itu dahulunya adalah mata kuliah pilihan, tapi sekarang menjadi mata kuliah wajib bagi mahasiswa fakultas psikologi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya.

Karena membaca dinamika psikologi maupun dinamika politik secara psikologi itu memang penting. “Jadi, di dalam psikologi politik itu bukan kemudian berpolitik secara praktis, tapi bagaimana menganalisa gaya kepemimpinan maupun, gaya kepribadian yang nantinya akan dikorelasikan dengan teori-teori yang ada, dan juga untuk penelitian-penelitian yang berkelanjutan,” beber dia.

Lebih jauh, Herlina yang juga Alumni Fakultas Psikologi Untag Surabaya memberikan materi terkait dengan psikologi politik, beserta analisa perilaku politik yang ada di Surabaya secara lokal maupun secara nasional.

Pada pertemuan tersebut, para mahasiswa mengambil tokoh politik yang kemudian dianalisa, baik gaya kepemimpinannya, pola kepribadiannya, termasuk pola komunikasinya dengan masyarakat. “Kalau bicara soal psikologi, maka kita bicara mulai konsep kepribadian, seperti kepemimpinan, kepribadiannya, sampai pola komunikasi dengan massa,” ungkap dia.

Dari perkuliahan lapangan Herlina menilai, para mahasiswa psikologi ternyata cukup kritis. Bahkan, dia membayangkan kadang-kadang mungkin mahasiswa psikologi ini menangkap hal-hal yang positif semata saja dari media sosial atau media massa.

“Ternyata mereka menangkap banyak hal, termasuk dinamika psikologis, dinamika bagaimana seorang politisi berkomunikasi dengan massa. Bahkan, ada beberapa opini dari mahasiswa ini apakah menjual empati itu termasuk salah satu pola berkomunikasi dengan massa, apakah pencitraan itu juga menjadi hal yang penting, dan juga menganalisa dampak-dampak kebijakan-kebijakan yang diambilnya, ” jelas Herlina.

Terkait sikap apatis generasi muda terhadap dunia politik, Herlina menegaskan, jika psikologi politik itu menjadi mata kuliah wajib yang diambil di semester awal, mahasiswa semester tiga. Hanya saja, politisi perempuan Partai Demokrat ini melihat jika di psikologi ada beberapa jurusan lanjutan ketika memasuki keprofesian, seperti sosial, industri, klinis, dan pendidikan. Tapi itu nanti ketika bicara mereka di keprofesian.

” Di S1 (Sarjana), setiap mahasiswa memang belajar psikologi politik, tidak kemudian bertujuan untuk mengajarkan tentang politik praktis, tapi melakukan analisa terhadap konsep kebijakan, konsep kepribadian, bagaimana gaya kepemimpinan, dan bagaimana pola komunikasi terhadap massa. Ini yang dipelajari,” tandas dia.

Herlina mengaku, memang ini menjadi salah satu yang penting. Jadi, tidak hanya bicara konsep kepemimpinan di ranah psikologi saja, tapi ketika mereka mengambil mata kuliah lanjutan. Maka, ini akan menjadi salah satu dasar-dasar yang penting,” terang dia.

Dengan mempelajari psikologi politik, Herlina menyebut akan mengasah kepekaan mereka terhadap lingkungan sekitar, khususnya yang terkait dengan kebijakan-kebijakan yang ada di sekeliling mereka sendiri

Sementara itu, Dekan Fakultas Psikologi Untag Surabaya, Dr. Rr. Amanda Pasca Rini, M.Si.,Psikolog memgatakan, Untag memiliki praktisi mengajar. Praktisi mengajar itu adalah 1,5 semester oleh dosennya, dan setengah semester oleh praktisi.

Adapun praktisinya adalah Herlina Harsono Njoto S.Psi, M.Psi., Psikolog, yang juga anggota DPRD Kota Surabaya. Itulah yang kemudian diberikan kesempatan untuk belajar langsung di Gedung DPRD Kota Surabaya. “Jadi, dalam ruangan tadi mereka mempresentasikan salah satu Rencana Pembelajaran Semester (RPS)-nya, yakni mempelajari tokoh-tokoh politik atau pemimpin-pemimpin yang ada di Indonesia. Mereka mempelajari karakternya, strateginya, targetnya, dan kelemahannya. Ini kemudian didiskusikan dan diberikan masukan oleh Ibu Herlina (praktisi) maupun kami sebagai pengajarnya,” beber dia.

Amanda menyampaikan, perkuliahan lapangan ini diadakan dua kali, yakni pada Senin (1/12/2025) dan Senin (8/12/2025) depan dengan mahasiswa yang berbeda. “Sebenarnya mahasiswa yang ikut 300 orang, tapi kita bagi dua. Enggak mungkin langsung semuanya,”ungkap dia.

Ditanya soal sikap apatis generasi muda terhadap dunia politik, Amanda berharap mereka juga bisa mengenal dunia politik, dan salah satu profil dari lulusan Untag adalah menjadi anggota DPRD atau politikus. “Sehingga mereka juga belajar dan bicara secara langsung dengan Ibu Herlina, bagaimana dia berbicara, kemudian kajiannya seperti apa, dan bagaimana kemudian mereka terlibat aktif juga dalam berpolitik. Entah sebagai pemilih ataupun berperan dalam kepartaian,” tutur Amanda.xco

Latest posts
Search