Sidoarjo, areknews – Penghujung tahun memang selalu menjadi kesenangan tersendiri. di setiap tahun baru, kota-kota di berbagai penjuru dunia akan mengadakan pesta kembang api untuk menyambut datangnya tahun baru. Dalam beberapa menit di awal tahun, orang-orang akan dimanjakan dengan indahnya bunga-bunga cahaya berlatarkan gelap langit malam. Meski demikian, euforia sesaat tersebut hanya dapat dinikmati oleh manusia. Bumi sendiri –dengan segala macam penghuninya termasuk hewan dan tumbuhan– tidak terlalu menyambut baik perayaan tahunan yang melibatkan bubuk mesiu dan logam berat.
Pesta kembang api menciptakan kemeriahan tersendiri. Namun, meski diterapkan dibanyak budaya di dunia, ada bahaya kesehatan yang di balik ledakan dan percikan kembang api. Terdapat beragam zat kimia seperti strontium nitrat, sejumput kalsium sulfat, bubuk mesiu, zat pengoksidasi, dan pengikat dalam kembang api. Mengutip Newsweek, menurut David E. Chavez, seorang ilmuwan kimia dari Los Alamos National Laboratory, perchlorate dan beberapa zat pewarna lain dalam kembang api adalah zat beracun. Dari situ, menyalakan kembang api menjadi sama saja melepaskan racun ke lingkungan. Layaknya racun pada umumnya, zat tersebut berbahaya juga bagi manusia.
Sisa pembakaran perchlorate bisa mendampak manusia saat kembang api meluncur ke udara sebelum akhirnya meledak dan jatuh ke tanah. Apabila terhirup manusia, perchlorate akan terserap oleh kelenjar tiroid. Zat tersebut kemudian akan memengaruhi produksi hormon tiroid, yang sangat berpengaruh dalam mengatur metabolisme tubuh dan perkembangan mental.
Lebih jauh, perchlorate bahkan dapat membahayakan kesehatan janin. Di lain sisi, kembang api juga berbahaya bagi binatang, secara khusus burung, yang menghabiskan sebagian besar waktunya di udara. Masi ingatkah kejadian beberapa tahun silam Di Beebe, Arkansas, Amerika Serikat, ribuan burung hitam tiba-tiba jatuh dari langit. Burung-burung tersebut jatuh di atap, jalanan, dan halaman rumah.matinya burung-burung itu sampai meresahkan masyarakat.
Dari olah laboraturium, tidak ada tanda-tanda burung-burung tersebut mati karena penyakit. Penelitian di laborat menyatakan mereka mati karena trauma fisik yang akut disebabkan oleh pesta kembang api. Kejadian seperti itu kembali terulang. Pagi tadi di temukan belasan burung mati di area belakang Perumahan Permata Regency Tanggulangin, Sidoarjo. Di katakan Sofyan (56) Petani yang menemukan belasan bangkai burung saat dirinya hendak pergi kesawah menilai burung sawah ini tiba-tiba jatih dan langsung mati.
“Biasanya kalok burung mati disekitar sawah kemungkinan terkena racun pembasmi hama sawah yang petani gunakan, kalau ini kan ditemukan di belakang perumahan mungkin burungnya keget tadi malam bunyi petasan itu akhirnya terbang malam hari dan mengakibatkan burung itu cidera dan mati mendadak,” ujarnya. Kembang api memang indah dan memukau. Namun apakah keindahan itu setimpal dengan dampaknya terhadap lingkungan? Lingkungan tidak bisa menciptakan seseorang tapi Lingkungan mencerminkan seseorang.jan