
Surabaya, areknews – PDI Perjuangan dan PKS diprediksi ikut mewarnai Pilwali Surabaya 2020. Dua partai ini memiliki keunggulan masing-masing di ‘akar rumput’. PKS unggul di militansi kader, sedangkan PDI Perjuangan menempati urutan pertama partai pilihan masyarakat.
PDI Perjuangan sampai saat ini belum mengumumkan siapa yang akan direkom dalam Pilwali yang berlangsung pada 9 Desember mendatang. Sedangkan PKS sudah menjatuhkan pilihan dalam koalisi besar mengusung mantan Kapolda Jatim Irjen Pol (purn) Machfud Arifin.
“Potensi menang calon wali kota yang diusung PDIP dan PKS dalam Pilwali Surabaya sangat besar,” ujar Direktur Eksekutif Jhon Consulindo Lasiono, beberapa waktu lalu.
Lasiono mengaku, berdasarkan penelitian dengan metode kuantitatif yang dilakukan mulai tanggal 2-15 Juli lalu, hasilnya PDI Perjuangan menempati urutan pertama partai yang banyak dipilih masyarakat dengan 28,5 persen, disusul PKB 10,1 persen, Geridra 9,5 persen, Golkar 8,8 persen, PKS 8,7 persen, Demokrat 7,4.
“Kalau PKS unggul dari militansi partai, calon yang diusung PKS jangan dikesampingkan,” katanya.
Dalam penelitian dengan jumlah sampel 500 responden dan margin eror 4,8 persen ini, konstituen PKS sangat militan terhadap calon yang diusung PKS dengan persentase 76,5 persen, disusul PDIP 68,4 persen, PAN 53,4, Golkar 52,7, Gerindra 51,5, Demokrat 48,6, PKB 48,2. Dari data ini dapat dijelaskan bahwa militansi dukungan terhadap calon wali kota yang didukung PKS tinggi.
Menurutnya, Pilwali Surabaya mendapat perhatian elit nasional dan partai-partai besar. Hal ini karena kota pahlawan dipandang sebagai wilayah penting untuk mendulang pemenangan, teruma dalam pemilu 2024.
“Tapi semuanya masih bisa berubah, PKS persentasenya bisa naik, begitu juga dengan PDIP, itu bisa terjadi kalau keduanya terus melakukan kampanye,” terangnya.
Namun begitu, peluang PDI Perjuangan mendapatkan keuntungan cukup besar. Militansi kader partai dibawah 50 persen, seperti Nasdem, PKB, Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PPP, dan PSI bisa berlabuh ke PDIP sangat terbuka. Sebab, ada kemungkinan, kader tidak akan memilih calon wali kota yang didukung partai.
“Di Surabaya karakter masyarakatnya memilih partai dulu baru milih calon,” ucapnya.
Selain itu, faktor Tri Rismaharini juga sangat menentukan. Berdasarkan penelitian, 94 persen kinerja Risma dianggap bagus. Kinerja Risma dikonversi sebagai hasil kerja PDI Perjuangan.xco

